Makalah Pengertian Intelegensi Dan Faktor Yang Mempengaruhinya. Intelegensi berasal dari
bahasa Inggris “Intelligence” yang juga berasal dari bahasa Latin yaitu
“Intellectus dan Intelligentia atau Intellegere”. Teori tentang intelegensi
pertama kali dikemukakan oleh Spearman dan Wynn Jones Pol pada tahun 1951.
Spearman dan Wynn mengemukakan adanya konsep lama mengenai suatu kekuatan
(power) yang dapat melengkapi akal pikiran manusia tunggal pengetahuan sejati.
Kekuatan tersebut dalam bahasa Yunani disebut dengan “Nous”, sedangkan
penggunaan kekuatannya disebut “Noeseis”. Intelegensi berasal dari kata
Latin,yang berarti memahami. Jadi pengertian intelegensi adalah aktivitas atau
perilaku yang merupakan perwujudan dari daya atau potensi untuk memahami
sesuatu.
Menurut KBBI, pengertian Intelegensi
adalah daya reaksi atau penyesuaian yang cepat dan tepat, baik secara fisik
maupun mental, terhadap pengalaman baru, membuat pengalaman dan pengetahuan
yang telah dimiliki siap untuk dipakai apabila dihadapkan pada fakta atau
kondisi baru atau bisa juga dikatakan dengan kecerdasan
Menurut David Wechsler,
pengertian Intelegensi adalah kemampuan untuk bertindak secara terarah,
berpikir secara rasional, dan menghadapi lingkungannya secara efektif. secara
garis besar dapat disimpulkan bahwa Intelegensi adalah suatu kemampuan mental
yang melibatkan proses berpikir secara rasional. Oleh karena itu, Intelegensi
tidak dapat diamati secara langsung, melainkan harus disimpulkan dari berbagai
tindakan nyata yang merupakan manifestasi dari proses berpikir rasional itu.
Sedangkan menurut Edward Thorndike, pengertian intelegensi
adalah “intelligence is demonstrable in ability of the individual to make good
response from the stand point of truth or fact” (intelegensi adalah kemampuan
individu untuk memberikan respon yang tepat (baik)terhadap stimulasi yang
diterimanya).
Hasil Pengukuran Intelegensi
sering disebut IQ atau tingkatan dari Intelligence Quotient, yakni skor yang
diperoleh dari sebuah alat tes kecerdasan. Dengan demikian, IQ hanya memberikan
sedikit indikasi mengenai taraf kecerdasan seseorang dan tidak menggambarkan
kecerdasan seseorang secara keseluruhan.
Skor IQ mula-mula
diperhitungkan dengan membandingkan umur mental (Mental Age) dengan umur
kronologik (Chronological Age). Bila kemampuan individu dalam memecahkan
persoalan-persoalan yang disajikan dalam tes kecerdasan (umur mental) tersebut
sama dengan kemampuan yang seharusnya ada pada individu seumur dia pada saat
itu (umur kronologis), maka akan diperoleh skor 1. Skor ini kemudian
dikalikan 100 dan dipakai sebagai dasar perhitungan IQ.
Faktor-Faktor
yang Mempengaruhi Intelegensi
Adapun faktor-faktor yang
mempengaruhi Intelegensi adalah :
a) Faktor bawaan atau
keturunan
Penelitian membuktikan
bahwa korelasi nilai tes IQ dari satu keluarga sekitar 0,50. Sedangkan di
antara 2 anak kembar, korelasi nilai tes IQnya sangat tinggi, sekitar 0,90.
Bukti lainnya adalah pada anak yang diadopsi. IQ mereka berkorelasi sekitar
0,40 – 0,50 dengan ayah dan ibu yang sebenarnya, dan hanya 0,10 – 0,20 dengan
ayah dan ibu angkatnya.
Selanjutnya bukti pada anak
kembar yang dibesarkan secara terpisah, IQ mereka tetap berkorelasi sangat
tinggi, walaupun mungkin mereka tidak pernah saling kenal.
b) Faktor lingkungan
Walaupun ada ciri-ciri yang
pada dasarnya sudah dibawa sejak lahir, ternyata lingkungan sanggup menimbulkan
perubahan-perubahan yang berarti. Intelegensi tentunya tidak bisa terlepas dari
otak. Perkembangan otak sangat dipengaruhi oleh gizi yang dikonsumsi. Selain
gizi, rangsangan-rangsangan yang bersifat kognitif emosional dari lingkungan
juga memegang peranan yang amat penting.
c) Kematangan
Tiap organ dalam tubuh anusia
mengalami pertumbuhan dan perkembangan. Tiap organ (fisik maupun psikis) dapat
dikatakan telah matang jika ia telah mencapai kesanggupan menjalankan fungsinya
masing-masing. Anak-anak tak dapat memecahkan soal-soal tertentu, karena
soal-soal itu masih terlampau sukar baginya. Organ-organ tubuhnya dan
fungsi-fungsi jiwanya masih belum matang untuk melakukan mengenai soal itu.
Kematangan berhubungan erat dengan umur.
d) Minat
d) Minat
Minat mengarahkan perbuatan
kepada suatu tujuan dan merupakan dorongan bagi perbuatan itu. Dalam diri
manusia terdapat dorongan (motif-motif) yang mendorong manusia untuk
berintekrasi dengan dunia luar. Motif menggunakan dan menyelidiki dunia luar
(manipulate and exploring motives). Dari manipulasi dan eksplorasi yang
dilakukan terhadap dunia luar itu, lama kelamaan timbullah minat terhadap
sesuatu. Apa yang menarik minat seseorang mendorongnya untuk berbuat lebih giat
dan lebih baik.
e) Kebebasan
Kebebasan berarti bahwa
manusia itu dapat memilih metode-metode yang tertentu dalam memecahkan
masalah-masalah. Manusia mempunyai kebebasan memilih metode, juga bebas dalam
memilih masalah sesuai dengan kebutuhannya, dengan adanya kebebasan ini berarti
bahwa minat itu tidak selamanya menjadi syarat dalam perbuatan intelijensi.
Intelegensi
dan Bakat
Bakat mengacu pada
kemampuan khusus ( berg, 2000 ) sepeti menyelesaikan perhitungan
aritmatika, atau mengingat fakta dari informasi yang telah dibaca. Bakat
menurut Chaplin, kemampuan potensial yang dimiliki oleh seseorang untuk
mencapai keberhasilan di masa yang akan datang.
Bakat berasal dari
hasil interaksi antara karakteristik individu dengan kesempatan belajar di
lingkungan ( Cohen dan Swedlik, 2002 ) . Bakat ini
merepresentasikan informasi dan ketrampilan yang bertahap telah didapatkan.
Menurut Bingham,
kondisi atau sifat-sifat yang dianggap sebagai tanda kemampuan individu untuk
menerima latihan, atau seperangkat respon seperti kemampuan berbahasa, musik,
dan sebagainya.
Jadi dari definisi di atas,
bakat dapat dipahami sebagai kamampuan khusus atau suatu pertanda kemampuan
yang sangat menonjol atau lebih mencolok yang terdapat pada diri seseorang,
yang secara cepat dapat menyelesaikan, merespon dan menerima latihan-latihan,
tugas-tugas, atau hal-hal tertentu. Bila seseorang mengetahui keunggulannya
dalam suatu bidang, maka ia akan terasa lebih mudah dalam memasuki peluangnya
artinya; dalam mempelajari dan mengembangkan bakatnya. Dengan kemampuan bakat,
tentu seseorang akan mempunyai peluang besar untuk meraih keberhasilan pada
masa mendatang.
Intelegensi merupakan suatu
konsep mengenai kemampuan umum individu dalam menyesuaikan diri dengan
lingkungannya. Dalam kemampuan yang umum ini, terdapat kemampuan-kemampuan yang
amat spesifik. Kemampuan-kemampuan yang spesifik ini memberikan pada individu
suatu kondisi yang memungkinkan tercapainya pengetahuan, kecakapan, atau ketrampilan
tertentu setelah melalui suatu latihan.
Inilah yang disebut Bakat
atau Aptitude. Karena suatu tes Intelegensi tidak dirancang untuk
menyingkap kemampuan-kemampuan khusus ini, maka bakat tidak dapat segera
diketahui lewat tes Intelegensi.
Alat yang digunakan untuk
menyingkap kemampuan khusus ini disebut tes bakat atau aptitude test. Tes bakat
yang dirancang untuk mengungkap prestasi belajar pada bidang tertentu dinamakan
Scholastic Aptitude Test dan yang dipakai di bidang pekerjaan adalah Vocational
Aptitude Test dan Interest Inventory.
Contoh dari Scholastic
Aptitude Test adalah tes Potensi Akademik (TPA) dan Graduate Record Examination
(GRE). Sedangkan contoh dari Vocational Aptitude Test atau Interest Inventory
adalah Differential Aptitude Test (DAT) dan Kuder Occupational Interest Survey.
Intelegensi dan Kreativitas
Kita sering mendengar
istilah ‘ pentingnya mengembangkan kreativitas’. Apa sih, yang dimaksud dengan
kreativitas itu??. Orang yang menyulap sampah seperti cangkang telur menjadi
kerajinan tangan seperti hiasan dinding atau kaligrafi atau sesuatu yang
bernilai lebih dari sebelumnya apakah bisa dikatakan sebagai orang yang
kreatif?
Secara umum kreativitas
dapat diartikan sebagai kemampuuan untuk berpikirsesuatu yang baru dan tidak
biasa dan menghasilkan penyelesaian yang unik terhadap berbagai persoalan.
Perlu kita ketahui ciri-ciri yang mencerminkan kepribadian kreatif,
diantaranya, mempunyai daya imajinasi yang kuat, mempunyai inisiatif dan
minatyang luas, bebas dalam berpikir, bersifat ingin tahu, selalu ingin
mendapat pengalaman baru, percaya diri, penuh semangat dan berani mengambil
resiko.
Kreativitas merupakan salah
satu ciri dari perilaku yang inteligen karena kreativitas juga merupakan
manifestasi dari suatu proses kognitif. Meskipun demikian, hubungan antara
kreativitas dan Intelegensi tidak selalu menunjukkan bukti-bukti yang
memuaskan. Walau ada anggapan bahwa kreativitas mempunyai hubungan yang
bersifat kurva linear dengan Intelegensi, tapi bukti-bukti yang diperoleh dari
berbagai penelitian tidak mendukung hal itu.
Skor IQ yang rendah memang
diikuti oleh tingkat kreativitas yang rendah pula. Namun semakin tinggi skor
IQ, tidak selalu diikuti tingkat kreativitas yang tinggi pula. Sampai pada skor
IQ tertentu, masih terdapat korelasi yang cukup berarti. Tetapi lebih tinggi
lagi, ternyata tidak ditemukan adanya hubungan antara IQ dengan tingkat
kreativitas.
Para ahli telah berusaha mencari tahu mengapa ini terjadi. J. P. Guilford menjelaskan bahwa kreativitas adalah suatu proses berpikir yang bersifat divergen, yaitu kemampuan untuk memberikan berbagai alternatif jawaban berdasarkan informasi yang diberikan.
Sebaliknya, tes Intelegensi hanya dirancang untuk mengukur proses berpikir yang bersifat konvergen, yaitu kemampuan untuk memberikan satu jawaban atau kesimpulan yang logis berdasarkan informasi yang diberikan.
Ini merupakan akibat dari pola pendidikan tradisional yang memang kurang memperhatikan pengembangan proses berpikir divergen walau kemampuan ini terbukti sangat berperan dalam berbagai kemajuan yang dicapai oleh ilmu pengetahuan.
Para ahli telah berusaha mencari tahu mengapa ini terjadi. J. P. Guilford menjelaskan bahwa kreativitas adalah suatu proses berpikir yang bersifat divergen, yaitu kemampuan untuk memberikan berbagai alternatif jawaban berdasarkan informasi yang diberikan.
Sebaliknya, tes Intelegensi hanya dirancang untuk mengukur proses berpikir yang bersifat konvergen, yaitu kemampuan untuk memberikan satu jawaban atau kesimpulan yang logis berdasarkan informasi yang diberikan.
Ini merupakan akibat dari pola pendidikan tradisional yang memang kurang memperhatikan pengembangan proses berpikir divergen walau kemampuan ini terbukti sangat berperan dalam berbagai kemajuan yang dicapai oleh ilmu pengetahuan.
Tidak ada komentar
Posting Komentar