Pola pikir atau mindset merupakan kerangka keyakinan atau cara pandang seseorang terhadap kemampuan dirinya sendiri dalam menghadapi tantangan, belajar hal baru, dan mengembangkan potensi. Pola pikir bahkan dapat disebut segalanya. karena pola pikir menentukan hasil yang diperoleh, sebagai fondasi dari ketrampilan dan peralatan, dan dapat mendikti apa yang akan dilakukan. Konsep tentang pola pikir ini dipopulerkan oleh Prof. Carol S. Dweck, seorang psikolog dari Stanford University, yang membedakan dua jenis pola pikir utama: fixed mindset (pola pikir tetap) dan growth mindset (pola pikir tumbuh).
Pola pikir tetap adalah
keyakinan bahwa kecerdasan, bakat, dan kemampuan seseorang bersifat bawaan dan
tidak dapat banyak berubah. Seseorang dengan pola pikir tetap cenderung
menghindari tantangan, mudah menyerah saat menghadapi kesulitan, serta merasa bahwa
usaha tidak akan mengubah hasil. Sebaliknya, pola pikir tumbuh merupakan
keyakinan bahwa kemampuan dapat dikembangkan melalui usaha, pembelajaran yang
terus-menerus, strategi yang tepat, dan dukungan lingkungan. Orang dengan pola
pikir tumbuh akan terbuka terhadap tantangan, melihat kesalahan sebagai peluang
belajar, dan terus berusaha untuk berkembang.
Perbedaan utama antara pola
pikir tumbuh dan pola pikir tetap terletak pada cara individu memandang
kegagalan dan potensi dirinya. Pada pola pikir tetap, kegagalan dianggap
sebagai cermin dari ketidakmampuan permanen, sehingga membuat seseorang merasa
takut mencoba hal baru. Sementara pada pola pikir tumbuh, kegagalan dianggap
sebagai bagian dari proses belajar yang akan mengarah pada penguasaan dan peningkatan
kemampuan. Ini menjadikan individu lebih resilien, adaptif, dan tangguh dalam
menghadapi tantangan belajar.
Dalam konteks pendidikan,
pola pikir tumbuh menjadi fondasi penting bagi penerapan pembelajaran mendalam.
Pembelajaran mendalam adalah proses belajar yang tidak hanya menekankan pada
hafalan atau penguasaan materi secara dangkal, tetapi mendorong siswa untuk
benar-benar memahami, menerapkan, dan merefleksikan pengetahuan secara
bermakna. Pembelajaran ini menuntut keberanian untuk mengeksplorasi, mencoba,
gagal, dan belajar kembali—sesuatu yang sangat selaras dengan prinsip pola
pikir tumbuh.
Prinsip-prinsip dalam
pembelajaran mendalam, seperti berkesadaran, bermakna, dan berkelanjutan, hanya
akan tercapai apabila peserta didik dan guru memiliki pola pikir yang mendukung
proses belajar jangka panjang. Pola pikir tumbuh mendorong siswa untuk
menyadari bahwa kecakapan belajar bukanlah hasil instan, melainkan buah dari
latihan dan pembelajaran terus-menerus. Dalam suasana belajar seperti ini, guru
bukan hanya sebagai pemberi materi, tetapi juga sebagai fasilitator yang
membangun kepercayaan diri siswa dan mendorong mereka untuk tidak takut gagal.
Selain itu, pola pikir
tumbuh juga sangat terkait erat dengan pengalaman belajar dalam pembelajaran
mendalam. Tiga jenis pengalaman belajar dalam pembelajaran mendalam yaitu
memahami, menerapkan, dan merefleksikan, semuanya menuntut siswa untuk aktif
dan percaya bahwa mereka mampu belajar. Pemahaman mendalam tidak dapat dicapai
tanpa usaha, penerapan butuh ketekunan, dan refleksi memerlukan keberanian
untuk mengakui kesalahan dan memperbaikinya. Semua ini merupakan ciri khas dari
individu yang memiliki pola pikir tumbuh.
Pola Pikir Tumbuh dan
Prinsip Pembelajaran Mendalam
Pola pikir bertumbuh
(growth mindset) berperan sangat besar pada prinsip pembelajaran mendalam yang terutama
berkaitan “berkesadaran” (conscious learning). Prinsip ini menekankan bahwa
proses belajar yang mendalam harus dimulai dari kesadaran penuh siswa atas
tujuan, proses, dan tanggung jawab dalam belajar.
Dalam konteks ini, pola
pikir bertumbuh menjadi kunci karena mendorong siswa untuk menyadari bahwa
kemampuan belajar bukanlah sesuatu yang tetap, melainkan dapat ditingkatkan
melalui usaha, ketekunan, refleksi, dan strategi belajar yang tepat. Ketika
siswa memiliki pola pikir bertumbuh, mereka akan lebih sadar bahwa proses
belajar adalah milik mereka sendiri—bukan hanya sekadar memenuhi tuntutan dari
guru atau kurikulum.
Selain itu, dalam prinsip
berkesadaran, siswa diharapkan dapat mengenali kekuatan dan kelemahan dirinya,
mengelola emosi dan motivasi, serta menetapkan tujuan belajar secara mandiri.
Semua ini hanya dapat berkembang secara optimal jika siswa memiliki pola pikir
bahwa mereka mampu berubah dan berkembang. Sebaliknya, jika siswa terjebak
dalam pola pikir tetap, mereka akan sulit menyadari potensi dan cenderung
menyerah jika menghadapi kesulitan.
Tidak hanya siswa, guru pun
dituntut memiliki pola pikir bertumbuh agar dapat membimbing siswa dengan
pendekatan yang penuh empati, memberi umpan balik yang membangun, dan tidak
cepat memberi label terhadap kemampuan siswa. Guru dengan pola pikir bertumbuh
akan fokus pada proses belajar, bukan hanya hasil akhir.
Dengan demikian, pola pikir
bertumbuh mendasari seluruh proses kesadaran belajar, menjadikannya sebagai
fondasi dalam menerapkan prinsip berkesadaran dalam pembelajaran mendalam.
Prinsip ini selanjutnya akan mendukung prinsip lain seperti bermakna dan
berkelanjutan, karena kesadaran diri yang kuat menjadi awal dari pembelajaran
yang benar-benar mendalam dan transformatif.
Pola
Pikir Tumbuh dan Pengalaman Belajar
Dalam Pembelajaran Mendalam,
Pola pikir bertumbuh (growth mindset) berperan sangat besar pada pengalaman belajar
"merefleksikan". Pengalaman belajar merefleksikan menekankan
pentingnya peserta didik untuk meninjau kembali proses belajar yang telah
dilalui, mengevaluasi hasil yang dicapai, serta mengenali kekuatan dan
kekurangan dalam proses tersebut. Tujuannya bukan hanya untuk melihat apa yang
sudah dikerjakan, tetapi juga untuk belajar dari pengalaman, memperbaiki
strategi, dan menyusun langkah lanjutan yang lebih efektif.
Dalam konteks ini, pola
pikir bertumbuh menjadi sangat krusial karena memungkinkan siswa memandang
kesalahan, hambatan, dan kegagalan bukan sebagai tanda ketidakmampuan,
melainkan sebagai bagian alami dari proses belajar. Siswa yang memiliki pola
pikir bertumbuh akan berani jujur dalam melakukan refleksi, karena mereka tidak
takut terlihat belum bisa. Mereka justru terdorong untuk memperbaiki diri,
mencari cara belajar yang lebih baik, dan tumbuh dari pengalaman yang telah
dilalui.
Tanpa pola pikir bertumbuh,
pengalaman merefleksikan bisa menjadi proses yang tidak jujur atau bahkan
dihindari, karena siswa merasa refleksi akan membuka kelemahan yang memalukan.
Sebaliknya, dengan pola pikir bertumbuh, refleksi menjadi alat pengembangan
diri, bukan sekadar kewajiban formal.
Selain itu, pola pikir
bertumbuh juga mengajarkan bahwa perkembangan membutuhkan waktu dan proses.
Dalam proses merefleksikan, siswa dengan pola pikir ini akan cenderung lebih
sabar dan konsisten, serta menyadari bahwa peningkatan hasil belajar dapat
dicapai selama mereka terus mencoba dan belajar dari pengalaman sebelumnya.
Dengan demikian, pengalaman
belajar merefleksikan menjadi tempat yang sangat penting bagi pola pikir
bertumbuh untuk bekerja. Ia bukan hanya memperkuat makna dari pembelajaran itu
sendiri, tetapi juga menumbuhkan kesadaran bahwa setiap siswa memiliki potensi
yang bisa dikembangkan secara berkelanjutan.
Jadi, penerapan
pembelajaran mendalam tidak akan berjalan optimal tanpa adanya penguatan pola
pikir tumbuh baik pada diri siswa maupun guru. Pola pikir tumbuh akan
menumbuhkan semangat belajar sepanjang hayat, membangun kepercayaan bahwa
setiap individu memiliki potensi yang dapat dikembangkan, serta menciptakan
budaya belajar yang sehat dan inklusif. Dalam dunia pendidikan yang terus
berubah dan menuntut kemampuan berpikir kritis serta adaptasi tinggi, pola
pikir tumbuh menjadi kebutuhan esensial yang tak terelakkan.
Posting Komentar untuk "POLA PIKIR TUMBUH DALAM PEMBELAJARAN MENDALAM "
Maaf, Komentar yang disertai Link Aktif akan terhapus oleh sistem