zmedia

PRINSIP DAN PENGALAMAN BELAJAR DALAM PEMBELAJARAN MENDALAM

Prinsip dan Pengalaman Belajar dalam Pembelajaran Mendalam


Ada 3 Prinsip Pembelajaran Mendalam yakni Berkesadaran, Bermakna, dan Menggembirakan (disingkat BBM agar mudah diingat) dan ada 3 Pengalaman Belajar dalam Pembelajaran Mendalam, yakni Memahami, Menerapkan, dan Merefleksikan (disingkat M3 agar mudah diingat).

 

Tiga Prinsip Pembelajaran Mendalam

Pembelajaran Mendalam yang digagas oleh Kemendikdasmen menekankan tiga prinsip utama yang dikenal sebagai Berkesadaran, Bermakna, dan Menggembirakan (BBM). Tiga prinsip ini diwujudkan melalui empat pendekatan holistik: olah pikir (intelektual), olah hati (etika), olah rasa (estetika), dan olah raga (kinestetik)

 

1) Prinsip Berkesadaran

Prinsip Pembelajaran Mendalam yang pertama adalah Berkesadaran. Prinsip ini menekankan kesadaran siswa sebagai pembelajar aktif yang mampu mengatur proses belajarnya secara mandiri. Siswa memahami tujuan pembelajaran secara jelas, termotivasi secara intrinsik, dan mampu memilih strategi belajar yang tepat. Contohnya, dalam pelajaran biologi siswa membuat observasi langsung terhadap ekosistem kebun sekolah, mencatat data dengan cermat, dan merefleksikan hasil pengamatannya dalam diskusi kelas

 

2) Prinsip Bermakna

Prinsip Pembelajaran Mendalam yang kedua adalah Bermakna, ini berarti pembelajaran bukan sekadar menghafal pengetahuan, tetapi mengaitkannya dengan konteks dunia nyata sehingga memiliki relevansi pribadi dan sosial. Misalnya, siswa yang mempelajari konsep gravitasi tidak hanya memahami teori, tetapi juga mengaitkannya dengan fenomena sehari-hari seperti buah yang jatuh dari pohon—membuat pembelajaran terasa “hidup” dan relevan

 

3) Prinsip Menggembirakan

Prinsip Pembelajaran Mendalam yang kedua adalah Menggembira. Dalam konteks ini, proses belajar ditata agar menyenangkan, penuh semangat, sekaligus menantang. Suasana belajar seperti ini mendukung keterlibatan emosional yang meningkatkan daya ingat dan pemahaman. Contohnya, dalam literasi dasar siswa diajak bernyanyi sambil menghitung atau mengenal huruf, sehingga belajar terasa seperti bermain dan menghilangkan rasa tegang .

 

Ketiga prinsip BBM diintegrasikan dalam empat dimensi pembelajaran: olah pikir, olah hati, olah rasa, dan olah raga. Sistem ini dirancang untuk membentuk siswa yang tidak hanya cerdas, tetapi juga bermoral, empatik, kreatif, dan tangguh secara fisik dan emosional .

 

Dengan menerapkan prinsip BBM, siswa mengalami proses belajar yang utuh: mereka menjadi lebih sadar dan bertanggung jawab (berkesadaran), memahami arti dari apa yang dipelajari dan mampu mengaplikasikannya (bermakna), serta menikmati proses belajar sehingga lebih termotivasi (menggembirakan). Hasilnya, terciptalah generasi pembelajar seumur hidup yang mandiri, kritis, kreatif, dan bahagia.

 

Pengalaman Belajar dalam Pembelajaran Mendalam

Pengalaman belajar merupakan seluruh rangkaian aktivitas yang dialami oleh peserta didik selama proses pembelajaran berlangsung, baik yang dirancang secara formal oleh guru maupun yang terjadi secara alami selama interaksi mereka dengan lingkungan. Dalam konteks pendidikan, pengalaman belajar menjadi kunci utama terbentuknya pemahaman, keterampilan, dan sikap yang bermakna. Pengalaman belajar bukan hanya tentang menerima informasi dari guru, tetapi mencakup proses aktif ketika siswa memahami konsep, menerapkannya dalam kehidupan nyata, dan merefleksikan maknanya bagi diri mereka sendiri dan lingkungan sekitar. Oleh karena itu, pengalaman belajar tidak hanya terjadi di dalam kelas, tetapi juga dalam praktik langsung, kerja kelompok, proyek kolaboratif, hingga perenungan pribadi.

 

Dalam pendekatan Pembelajaran Mendalam, pengalaman belajar dikelompokkan menjadi tiga jenis utama: Memahami, Menerapkan, dan Merefleksikan (M3). Ketiganya merupakan satu kesatuan proses yang membentuk siklus pembelajaran yang bermakna, mendalam, dan kontekstual.

 

1) Memahami

Pengalaman belajar dalam pembelajaran mendalam yang pertama adalah memahami. Pada tahap ini, siswa diajak untuk mengeksplorasi informasi, mengajukan pertanyaan, menganalisis data, dan membangun pemahaman tentang konsep atau topik yang sedang dipelajari. Proses ini tidak hanya menekankan hafalan, tetapi mendorong siswa untuk benar-benar mengerti makna di balik materi. Sebagai contoh, ketika siswa mempelajari perubahan iklim dalam pelajaran geografi, mereka tidak hanya diminta menghafal definisi, tetapi juga diminta membaca artikel lingkungan, menonton video dokumenter, dan mendiskusikan dampaknya terhadap kehidupan mereka sehari-hari. Melalui pengalaman ini, siswa membangun pengetahuan secara aktif dan kontekstual.

 

2) Menerapkan

Jenis kedua adalah menerapkan. Pengalaman belajar ini menekankan penggunaan pengetahuan dan keterampilan dalam situasi nyata atau simulasi yang menyerupai kondisi dunia nyata. Siswa tidak hanya mengetahui teori, tetapi juga mampu menggunakannya untuk memecahkan masalah, membuat keputusan, atau menghasilkan produk. Misalnya, dalam pembelajaran matematika, siswa yang telah mempelajari konsep persentase diminta untuk membuat simulasi laporan keuangan sederhana dari hasil jual beli dalam kegiatan pasar sekolah. Dengan cara ini, mereka belajar tidak hanya tentang angka, tetapi juga tentang bagaimana matematika digunakan dalam kehidupan sehari-hari.

 

3) Merefleksikan

Jenis pengalaman belajar yang ketiga adalah merefleksikan. Pada tahap ini, siswa diajak untuk meninjau kembali apa yang telah mereka pelajari, bagaimana mereka belajar, dan apa makna dari pembelajaran tersebut bagi diri mereka. Refleksi dapat dilakukan melalui tulisan, diskusi, atau dialog dengan guru dan teman. Dalam pelajaran seni budaya, misalnya, setelah menyelesaikan pameran karya seni, siswa diminta menuliskan refleksi tentang proses kreatif mereka, tantangan yang mereka hadapi, dan pelajaran yang bisa diterapkan di luar mata pelajaran. Refleksi ini memperkuat kesadaran diri, serta membantu siswa mengembangkan pemahaman yang lebih mendalam dan berkelanjutan terhadap pengalaman belajarnya.

 

Ketiga jenis pengalaman belajar ini saling berkelindan dan membentuk proses pembelajaran yang utuh. Siswa tidak hanya belajar untuk mengetahui, tetapi juga untuk melakukan dan menjadi. Proses memahami membuka pintu menuju pengetahuan; proses menerapkan menjembatani teori dan praktik; dan proses merefleksikan mengikat semuanya menjadi pembelajaran yang personal dan bermakna. Inilah esensi dari pembelajaran mendalam yang diharapkan dapat melahirkan generasi yang tidak hanya cerdas secara akademis, tetapi juga bijaksana dalam berpikir, bertindak, dan merasa.

 

Dengan mengintegrasikan tiga pengalaman belajar tersebut dalam setiap rancangan pembelajaran, guru berperan sebagai fasilitator yang membantu siswa menggali potensi dirinya secara menyeluruh. Pembelajaran tidak lagi menjadi beban yang harus diselesaikan, tetapi menjadi proses yang menggugah rasa ingin tahu, memberikan tantangan intelektual, dan membangun kesadaran diri sebagai bagian dari perjalanan hidup. Maka, pembelajaran mendalam bukan sekadar cara mengajar, melainkan cara membentuk manusia seutuhnya melalui pengalaman belajar yang otentik, relevan, dan transformatif.

 

 



= Baca Juga =



Posting Komentar untuk "PRINSIP DAN PENGALAMAN BELAJAR DALAM PEMBELAJARAN MENDALAM"



































Free site counter


































Free site counter