Lompat ke konten
Home » Motivasi dan Kreativitas Siswa

Motivasi dan Kreativitas Siswa

  • oleh
Motivasi dan Kreativitas Siswa

Pendahuluan

Untuk mewujudkan manusia Indonesia yang mermutu dalam mengisi pembangunan dibutuhkan peran serta dari semua pihak salah satunya ialah lembaga pendidikan. Berbagai upaya terlah dilakukan oleh lembaga pendidikan yakni tingginya mutu pendidikan dapat dipengaruhi oleh berbagai faktor diantaranya media pembelajaran laboratorium perpustakaan dan para penyelenggara pendidikan terutama tenaga pengajarnya.


Sehubungan dengan hal tersebut dilakukannya berbagai upaya demi meningkatkan pendidikan baik secara kuantitatif dan kualitatif. Peningkatan pendidikan secara kauntitatif antara lain meliputi penambahan ruang belajar, penambahan laboratorium dan perpustakaan perlu dipikirkan, hal      ini sejalan dengan UU No. 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional. Sedangkan untuk meningkatkan kualitas pendidikan diadakannya tes setiap akhir semester untuk mengetahui prestasi siswa dalam menyerap materi pelajaran yang diberikan selama enam bulan disamping itu untuk mengetahui sejauh mana kebehasilan guru dalam menyajikan materi pelajaran dalam kurung waktu tertentu sesuai dengan kurikulum.

Telah banyak upaya untuk meningkatkan mutu pendidikan termasuk faktor manusianya (tenaga pendidik) namun belum mencapai hasil yang maksimal sebagaimana yang diharapkan.

Peningkatan kualitas guru dalam proses belajar mengajar adalah salah satu dari upaya peningkatan mutu pendidikan karena guru berperan sekali dalam keseluruhan proses belajar mengajar. Siswa mengharapkan sekali dari guru bila harapan itu dipenuhi siswa akan merasa puas bila tidak ia akan merasa kecewa. Guru sendiri harus menyadari perannya dalam pertemuannya dengan siswa. Berperan sebagai guru mengandung tantangan, karena disatu pihak guru harus ramah, sabar, menunjukkan pengertian, memberikan kepercayaan, dan menciptakan suasana aman dan di lain pihak guru harus memberikan tugas mendorong siswa untuk berusaha mencapai tujuan, memberi koreksi, menegur dan menilai.

Sebagai pengajar guru harus membantu perkembangan siswa untuk dapat menerima dan memahami serta menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi. Untuk itu guru harus memotivasi siswa untuk senantiasa belajar dalam berbagai kesempatan, akhirnya seorang guru dapat memainkan perannya sebagai motivator dalam proses belajar mengajar bila guru itu menguasai dan mampu melakukan keterampilan-keterampilan didaktik dan metodik yang relevan dengan situasi dan kondisi para siswa. Dengan demikian siswa dapat menyerap apa yang telah diajarkan oleh guru dan besar pengaruhnya terhadap pertumbuhan dan perkembangan kreatifitas siswa.

Pengertian motif dan motivasi sukar dibedakan secara tegas, motiv menunjukkan suatu dorongan yang timbul dalam diri seseorang yang menyebabkan orang tersebut mau bertindak melakukan sesuatu, sedangkan motivasi adalah pendorong suatu usaha yang disadari untuk mempengaruhi tingkah laku seseorang agar ia bergerak hatinya untuk bertindak melakukan sesuatu sehingga mencapai hasil dan tujuan tertentu. Seperti yang dikemukakan oleh Roman Nata Widjaja dan H. A. Moin Moesa dan buku Psikologi Pendidikan yang mengatakan bahwa : “Motiv adalah suatu kondisi atau keadaan pada diri seseorang atau suatu organisme yang menimbulkan kesiapannya untuk memulai atau melanjutkan suatu atau seperangkat tindakan atau prilaku. Motivasi adalah suatu proses untuk meningkatkan motiv atau motiv-motiv menjadi tindakan atau prilaku untuk memuaskan atau memenuhi kebutuhan atau untuk mencapai tujuan”. Pada bagian lain Emil H Tambunan menyatakan “Motivasi berati dari kata latin Movere yang artinya mengerakkan“.

Menurut pendapat Duncan yang dikutip oleh M. Ngalim Purwanto mengemukakan bahwa dalam konsep manajemen motivasi berarti setiap usaha yang di sadari untuk mempengaruhi prilaku seseorang agar meningkatkan kemampuan secara maksimal untuk mencapai tujuan organisasi. 3 Selanjutnya M. Ngalim Purwanto mengutip pendapat Vrom yang menyatakan : “ Motivasi mengacu kepada suatu proses mempengaruhi pilihan-pilihan individu terhadap bermacam-macam bentuk kegiatan yang dikehendaki”

Dari kenyataan devinisi yang kemukakan diatas motivasi mengandung tiga komponen pokok yaitu menggerakkan, mengarahkan, dan menopang tingkah laku manusia.

1. Menggerakkan berarti menimbulkan kekuatan pada individu memimpin seseorang untuk bertindak dengan cara tertentu.
2. Motivasi juga mengarahkan serta menyalurkan tingkah laku. Dengan demikian ia menyediakan suatu orientasi tujuan tingka laku individu diatahkan terhadap sesuatu.
3. Untuk menjaga dan menopang tingkah laku lingkungan sekitar harus menguatkan interaksi dan arah dorongan-dorongan dan kekuatan-kekuatan individu.
Sejalan dengan apa yang diuraikan di atas Hoy Wayne K. dan Miskel yang dikutip oleh M Ngalim Purwanto mengemukakan bahwa: “Motivasi dapat di devinisikan sebagai kekuatan yang kompleks, dorongan-dorongan, kebutuhan-kebutuhan, pernyataan-pernyataan, ketegangan atau mekanisme-mekanisme lain yang memulai dan menjaga kegiatan-kegiatan yang diinginkan kearah pencapaian tujuan-tujuan personal”.5 Sampai di sini jelaskan perbedaan antara motiv dan motivasi serta pengertian motivasi itu sendiri yaitu suatu usaha yang di sadari untuk mengerakkan, mengarahkan dan menjaga tingkah laku seseorang agar ia terdorong untuk bertindak melakukan
sesuatu sehingga mencapai hasil dan tujuan tertentu. Pengetahuan tentang proses motivasi member dasar pengerrtian mengapa manusia berlaku sebagaimana adanya.
Teori Motivasi
Pada bagian ini penulis akan membahas tentang beberapa teori motivasi antara lain adalah :
1. Teori Hedonisme
Hedone adalah bahasa Yunani yang berarti kesukaan, kesenangan, kenikmatan. Seperti dikatakan oleh M Ngalim Purwanto bahwa : “Hedonisme adalah aliran di dalam filsafat yang memandang bahwa tujuan hidup yang utama pada manusia adalah mencari kesenangan (hedone) yang bersifat duniawi”.6 Menurut pandangan teori ini manusia pada hakekatnya adalah mahluk yang mementingkan kehidupan yang penuh kesenangan dan kenikmatan. Orang yang menganut teori ini setiap menghadapi persoalan yang perlu pemecahan, orang tersebut cenderung memilih alternatif pemecahan yang dapat mendatangkan kesenangan dari pada yang mengakibatkan kesukaran, kesulitan, kesengsaraan, penderitaan dan segala sesuatu yang mengakibatkan tidak enak.
Pengaruh dari teori ini adalah adanya anggapan bahwa semua orang akan cenderung menghindar dari hal-hal yang sulit dan yang menyusahkan diri sendiri dan yang mengandung hal-hal yang beresiko berat, dan lebih suka melakukan sesuatu yang mendatangkan kenangan baginya. Sebagai contoh, siswa di suatu kelas akan bertepuk tangan bila mereka mendengar guru yang akan mengajar matematika tidak akan masuk dikarenakan sakit, seorang karyawan segan bekerja dengan baik dan malas bekerja, akan tetapi menuntut gaji dan upah yang tinggi. Dan
masih banyak lagi contobh yang lain yang menunjukkan bahwa motivasi iti sngat diperlukan menurut teori Hedonisme, para siswa dan karyawan tersebut pada contoh di atas harus diberi motivasi secara tepat agar tidak malas dan mau bekerja dengan baik, dengan menenuhi kesenangannya.
2. Teori Naluri
Manusia sebagai individu hidup dalam suatu dunia yang bukan dirinya sendiri, tetapi mutlak di perlukan untuk hidupnya, untuk mencukupi kebutuhan hidupnya, melangsungkan dan mengembangkan, manusia membutuhkan makanan, udara, ilmu, pengetahuan, juga persahabatan, persekutuan dan lain sebagainya yang berhubungan dengan hidup dan kehidupan.
Daya-daya yang mendorong manusia dari dalam untuk melaksanakan perbuatan itu disebut naluri atau dorongan nafsu.
Menurut M. Ngalim Purwanto menyatakan bahwa : “Naluri (dorongan nafsu) adalah kekuatan pendorong maju yang memaksakan dan mengejar kepuasan dengan jalan mencari, mencapai sesuatu yang berupa benda-benda ataupun nilai-nilai tertentu”.
Naluri merupakan kekuatan di dalam diri manusia yang mendorong kita untuk maju dan memiliki benda-benda dan nilai-nilai itu. Naluri adalah bentuk penjelmaan hidup tertentu, manusia sebagai mahluk yang sadar akan diri sendiri, akan tetapi menyadari bahwa ia didorong, ia merasa bahwa ada sesuatu di dalam dirinya yang mendorongnya berbuat dan bertindak. Dalam garis besarnya naluri (dorongan nafsu) dapat dibagi menjadi tiga golongan :
a. Naluri (dorongan nafsu) mempertahankan diri : Mencari makan jika ia lapar, menghindarkan diri dari bahaya, menjaga diri agar tetap sehat, mencari perlindungan diri untuk hidup aman.
b. Naluri (dorongan nafsu) mengembangkan diri : Dorongan ingin tahu, melatih dan mempelajari sesuatu yang belum diketahuinya. Pada manusia dorongan inilah yang menjadikan kebudayaan manusia makin maju dan makin tinggi.
c. Naluri (dorongan nafsu) mempertahankan dan mengembangkan jenis : manusia secara sadar maupun tidak sadar, selalu menjaga agar jenisnya dan keturunannya tetap berkembang dan hidup. Naluri ini terjelma dalam penjodohan dan perkawinan. Serta dorongan untuk memelihara dan mendidik anak-anak.
Dengan dimilikinya ketiga naluri pokok itu maka kebiasan-kebiasaan atau tindakan dan tingkah laku manusia yang diperbuatnya sehari-hari mendapat dorongan atau digerakkan oleh ketiga naluri tersebut. Oleh karena itu, menurut teori ini untuk memotivasi seseorang harus berdasarkan naluri mana yang akan dituju dan perlu dikembangkan. Contoh, seorang pelajar terdorong untuk berkelahi karena sering diejek dan dihina oleh teman-temannya karena ia dianggap bodoh di dalam kelasnya. (naluri mempertahankan diri). Agar pelajar tersebut tidak berkembang ke arah yang negatif, kita perlu memberi motivasi, misalnya menyediakan situasi yang dapat mendorong anak itu menjadi rajin belajar sehingga dapat menyamai teman-teman sekelasnya.
Sering kita melihat seseorang bertingkah dalam melakukan sesuatu karena didorong oleh lebih dari satu naluri pokok sekaligus, sehingga sukar bagi kita untuk menetukan naluri pokok mana yang lebih dominan mendorong orang tersebut melakukan tindakannya yang demikian itu.
Sebagai contoh seorang pelajar sangat tekun dan rajin belajar meskipun ia hidup diidalam kemiskinan bersama keluarganya. Hal apakah yang mendorong pelajar tersebut sangat rajin dan tekun belajar? Mungkin karena ia benar-benar ingin menjadi pandai (naluri mengembangkan diri) tetapi mungkin juga karena ia ingin meningkatkan karir pekerjaannya sehingga pada saatnya ia dapat hidup senang bersama keluarganya dan dapat membiayai anak-anaknya (naluri mengembangjan dan mempertahankan jenis, dan naluri mempertahankan diri).
3. Teori Reaksi
Teori ini berpandangan bahwa tindakan atau perilaku manusia tidak berdasarkan nalurinaluri, tetapi berdasarkan pola-pola tingkah laku yang dipelajari dari kebudayaan di tempat orang itu hidup. Orang belajar bila banyak dari lingkungan kebudayaan di tempat ia hidup dan dibesarkan. Oleh sebab itu teori ini disebut juga teori lingkungan kebudayaan. Menurut teori ini, apabila seorang pendidik (guru) akan memotivasi anak didiknya, pendidik (guru) itu hendaknya mengetahui benar-benar latar belakang kehidupan dan kebudayaan anak-anak didiknya.
Dengan mengetahui latar belakang kebudayaan seseorang kita dapat mengetahui pola tingkah lakunya dan dapat memahami pula mengapa ia bereaksi atau bersikap yang mungkin berbeda dengan orang lain dalam menghadapi sesuatu masalah. Kita mengetahui bahwa bangsa Indonesia terdiri dari berbagai mavam suku yang memiliki latar belakang kebudayaan yang berbeda-beda. Oleh karena itu, banyak kemungkinan seorang guru di suatu sekolah akan menghadapi beberapa macam anak didik yang berasal dari lingkungan kebudayaan yang berbeda-beda perlu adanya pelayanan dan pendekatan yang berbeda-beda pula, termasuk pelayanan dalam pemberian motivasi terhadap mereka.
4. Teori Daya Pendorong
Teori ini merupakan perpaduan antara Teori Naluri dan Teori Reaksi. Daya pendorong adalah semacam Naluri, tetapi hanya suatu dorongan kekuatan yang luas terhadap suatu arah yang umum, misalnya suatu daya pendorong pada jenis kelamin yang lain. Semua orang dalam semua kebudayaan mempunyai daya pendorong pada jenis kelamin yang lain. Namun cara-cara yang digunakan dalam mengajar kepuasan terhadap daya pendorong tersebut berlain-lainan bagi tiap-tiap individu menurut latar belakang kebudayaan masing-masing. Oleh karena itu menurut teori ini bila seorang pendidik (guru) ingin memotivasi anak didiknya ia harus mendasarkannya atas daya pendorong, yaitu atas naluri dan juga reaksi yang dipelajari dari kebudayaan lingkungan yang dimilikinya. Memotivasi anak didik yang sejak kecil tinggal di daerah pedalaman dan terpencil kemungkinan besar berbeda dengan cara memberikan motivasi kepada anak yang dibesarkan dan hidup di kota-kota besar yang sudah maju diberbagai bidang walaupun masalah yang dihadapi oleh siswa itu sama.
5. Teori Kebutuhan
Teori motivasi yang sekarang banyak dianut orang adalah teori kebutuhan. Teori ini beranggapan bahwa tindakan yang dilakukan oleh manusia pada hakekatnya adalah untuk memenuhi kebutuhannya. Baik kebutuhan phisik maupun kebutuhan psikis. Oleh karena itu menurut teori ini apabila seorang pendidik (guru) bermaksud memotivasi siswa ia harus berusaha mengetahui lebih dahulu apa kebutuhan orang yang akan dimotivasinya.
Sekarang ini telah banyak teoritisi psikologi yang telah mengemukakan teori-teorinya tentang kebutuhan dasar manusia. Salah satu teori kebutuhan yang sangat erat hubungannya dengan motivasi adalah teori hirarki kebutuhan yang dikemukakan oleh A. Maslow. Maslow mengemukakan seperti yang dikutip oleh Ibrahim Bafadal adalah : “Kebutuhan dasar manusia itu terbentang, dalam satu garis kontinum dan berbentuk hirarki, dimulai dari kebutuhan terbawah sampai dengan kebutuhan teratas. Semua diklasifikasi menjadi lima macam kebutuhan dasar manusia yaitu (1) kebutuhan fisiologis, (2) kebutuhan rasa aman, (3) kebutuhan sosial, (4) kebutuhan harga diri dan (5) kebutuhan aktualisasi diri”.
Maslow, dengan teori Hirarki Kebutuhan menyatakan  bahwa: “Kebutuhan fisiologis kemudian dilanjutkan dengan kebutuhan yang lebih tinggi yaitu kebutuhan rasa aman, kebutuhan sosial, kebutuhan harga diri, dan kebutuhan aktualisasi diri. Kebutuhan aktualisasi diri bisa juga disebut kebutuhan pertumbuhan, merupakan kebutuhan tertinggi”.
Berdasarkan apa yang dikemukakan di atas dapat kita jelaskan kebutuhan apa yang masuk dalam tiap-tiap tingkatan kebutuhan itu :
Aktualis
Harga
Sosial
Rasa aman
Fisiologis
a. Kebutuhan fisiologis : kebutuhan ini merupakan kebutuhan dasar, yang bersifat primer dan vital yang menyangkut  fungsi-fungsi biologis dasar dari organisme manusia seperti kebutuhan akan pangan, sandang dan papan, kesehatan fisik, kebutuhan sexs dan sebagainya.
b. Kebutuhan rasa aman dan perlindungan, seperti terjamin keamannnya, terlindung dari bahaya dan ancaman penyakit, perang, kemiskinan, kelaparan, perlakuan tidak adil dan sebagainya.
c. Kebutuhan sosial yang meliputi antara lain kebutuhan akan dicintai, diperhitungkan sebagai pribadi, diakui sebagai anggota kelompok, rasa setia kawan, dan kerja sama.
d. Kebutuhan akan penghargaan, termasuk kebutuhan dihargai karena prestasi, kemampuan, kedudukan atau status, pangkat dan sebagainya.
e. Kebutuhan akan aktualisasi diri, antara lain kebutuhan mempertinggi potensi-potensi yang dimiliki, pengembangan diri secara maksimum, kreativitas, dan ekspresi diri.
Tingkat atau hirarki kebutuhan dari Maslow ini tidak dimaksudkan sebagai suatu kerangka yang dapat dipakai setiap saat, tetapi lebih merupakan kerangka acuan yang dapat digunakan sewaktu-waktu bilamana diperlukan untuk memprakirakan tingkat kebutuhan mana yang dapat dipakai untuk mendorong seseorang yang akan dimotivasi bertindak melakukan sesuatu.
Di dalam kehidupan sehari-hari kita dapat mengamati bahwa kebutuhan manusia itu berbeda-beda, faktor-faktor yang mempengaruhi adanya tingkat kebutuhan itu antara lain latar belakang pendidikan, tinggi rendahnya kedudukan, pengalaman masa lampau, pandangan atau filsafat hidup, cita-cita dan harapan masa depan dari tiap-tiap individu.
Berdasarkan urutan tingkat kebutuhan menurut teori Maslow, kehidupan tiap manusia dapat dijelaskan sebagai berikut : Pada mulanya kebutuhan manusia yang paling mendesak adalah kebutuhan fisiologis seperti pangan, sandang, papan dan kesehatan. Jika kebutuhan-kebutuhan fisiologis ini telah terpenuhi, maka kebutuhan-kebutuhan yang mendesak adalah kebutuhan yang mendesak, amak timbul kebutuhan lain yang mendesak yaitu kebutuhan akan penghargaan. Demikian seterusnya sampai kepada tingkat kebutuhan aktualisasi diri, ingin menjadi orang terkenal dan ternama. Namun janganlah diartikan bahwa kehidupan manusia itu akan mengikuti urutan kelima
tingkat kebutuhan fisiologis sampai dengan tingkat kebutuhan aktualisasi diri, proses kehidupan manusia itu berbeda-beda dan tidak selalu menuruti garis lurus yang meningkat, kadang-kadang melompat dari tingkat kebutuhan tertentu ke tingkat kebutuhan lain dengan melampaui tingkat kebutuhan tertentu yang lain dengan melampaui tingkat kebutuhan yang berbeda diatasnya. Atau pula kemungkinan terjadi lompatan balik dari tingkat kebutuhan yang lebih tinggi ke tingkat kebutuhan di bawahnya. Dengan demikian pada saat-saat tertentu tingkat kebutuhan seseorang berbeda dengan orang-orang lain.
Jenis-Jenis Motivasi
Tugas guru adalah membangkitkan motivasi anak didik sehingga ia mau melakukan belajar. Dapat timbul dari dalam diri individu dan dapat pula timbul akibat pengaruh dari luar dirinya.
Hal ini akan diuraikan sebagai berikut :
1. Motivasi Instrinsik
Jenis motivasi ini timbul sebagai akibat dari dalam diri individu sendiri tanpa ada paksaan dan dorongan dari orang lain, tetapi atas kemauan sendiri, misalnya siswa belajar karena ingin mengetahui seluk beluk suatu masalah selengkap-lengkapnya, ingin menjadi orang yang terdidik, semua keinginan itu berpangkal pada penghayatan kebutuhan dari siswa berdaya upaya, melalui kegiatan belajar untuk memenuhi kebutuhan itu. Namun sekarang kebutuhan ini hanya dapat dipenuhi dengan belajar giat, tidak ada cara lain untuk menjadi orang terdidik atau ahli, lain belajar. Biasanya kegiatan belajar disertai dengan minat dan perasaan senang. W.S. Winkel mengatakan bahwa : “Motivasi Intrinsik adalah bentuk motivasi yang berasal dari dalam diri subyek yang belajar”.10 Namun terbentuknya motivasi intrinsic biasanya orang lain juga memegang peran, misalnya orang tua atau guru menyadarkan anak akan kaitan antara belajar dan menjadi orang yang berpengetahuan. Biarpun kesadaran itu pada suatu ketika mulai timbul dari dalam diri sendiri, pengaruh dari pendidik telah ikut menanamkan kesadaran itu. Kekhususan dari motivasi ekstrinsik ialah kenyataan, bahwa satu-satunya cara untuk mencapai tujuan yang ditetapkan ialah belajar.
2. Motivasi Ekstrinsik
Jenis motivasi ini timbul akibat pengaruh dari luar individu, apakah karena ajakan, suruhan atau paksaan dari orang lain sehingga dengan kondisi yang demikian akhirnya ia mau belajar. Winkel mengatakan “Motivasi Ekstrinsik, aktivitas belajar dimulai dan diteruskan berdasarkan kebutuhan dan dorongan yang tidak secara mutlak berkaitan dengan aktivitas belajar sendiri”.
Perlu ditekankan bahwa dorongan atau daya penggerak ialah belajar, bersumber pada penghayatan atau suatu kebutuhan, tetapi kebutuhan itu sebenarnya dapat dipengaruhi dengan kegiatan lain, tidak harus melalui kegiatan belajar. Motivasi belajar selalu berpangkal pada suatu kebutuhan yang dihayati oleh orangnya sendiri, walaupun orang lain memegang peran dalam menimbulkan motivasi itu, yang khas dalam motivasi ekstrisik bukanlah ada atau tidak adanya pengaruh dari luar, melainkan apakah kebutuhan yang ingin dipenuhi pada dasarnya hanya dapat dipenuhi dengan cara lain. Berdasarkan uraian di atas maka motivasi belajar esktrinsik dapat digolongkan antara lain:
a. Belajar demi memenuhi kewajiban.
b. Belajar dmei menghindari hukuman.
c. Belajar demi memperoleh hadiah materi yang dijanjikan.
d. Belajar demi meningkatkan gengsi sosial.
e. Belajar demi memperoleh pujian dari orang yang penting (guru dan orang tua).
Belajar demi tuntutan jabatan yang ingin dipegang atau demi memenuhi persyaratan kenaikan jenjang/golongan administrasi.
Peran Motivasi
Dalam upaya meningkatkan motivasi siswa, guru mempunyai peran penting dalam keberhasilan belajar siswa, beberapa peran itu antara lain :
1. Mengenal setiap siswa yang diajarkan secara pribadi. Dengan mengenal setiap siswa secara pribadi, maka guru akan mampu memperlakukan setiap siswa secara tepat. Dengan demikian upaya untuk meningkatkan motivasi belajar siswa dilakukan secara tepat pula walaupun guru itu berhadapan dengan kelompok siswa dalam kelas. Apabila guru mengenal siswanya secara pribadi dia akan mampu pula memperlakuk,an setiap siswa dalam kelompok secara berbeda sesuai dengan keadaan dan kemampuan serta kesulitan dan kekuatan yang dimiliki setiap siswa itu.
2. Mampu memperlihatkan interaksi yang menyenangkan, interaksi yang menyenangkan ini akan menimbulkan suasana aman dalam kelas. Para siswa bebas dari ketakutan akan melakukan perbuatan yang tidak berkenan bagi gurunya. Interaksi yang menyenangkan ini dapat membuat suasana sehat dalam kelas, suasana yang menyenangkan dan sehat itu menimbulkan suasana yang mendukung untuk terjadinya belajar. Dengan demikian motivasi belajar siswa menjadi lebih baik.
3. Menguasai berbagai methode dan teknik mengajar dan menggunakan secara tepat. Penguasaan berbagai metode dan teknik mengajar serta penerapannya secara tepat membuat guru mampou mengubah-ubah cara mengajarnya sesuai dengan suasana kelas. Pada para siswa, tes utama di sekolah dasar sering timbul Susana cepat bosan dengan keadaan yang tidak berubah. Guru harus menyimak perubahan suasana kelas sebagai akibat dari kebosanan siswa akan suasana yang tidak berubah itu. Guru dapat mengembalikan gairah belajar siswa antara lain dengan merubah metode dan teknik mengajar pada waktu Susana bosan itu mulai muncul.
4. Menjaga suasana kelas supaya para siswa terhindari konflik dan frustasi. Suasana konflik dan frustasi di kelas menimbulkan gairah belajar siswa menurun. Perhatian mereka tidak lagi terhadap kegiatan belajar, melainkan pada upaya menghilangkan konflik dan fustasi itu. Energi mereka habis terkuras untuk memecahkan konflik dan frustasi, sehingga mereka tidak dapat belajar dengan baik. Apabila guru dapat menjaga suasana kelas dan meniadakan konflik dan frustasi itu, maka konsentrasi siswa secara penuh akan dapat dikembalikan kepada kegiatan belajar. konsentrasi penuh terhadap belajar itu dapat meningkatkan motivasi belajar anak dan pada gilirannya akan meningkatkan hasil belajarnya.
5. Memperlakukan siswa sesuai dengan keadaan dan kemampuan. Sebagai kelanjutan dari pemahaman siswa secara pribadi, guru dapat memperlakukan setiap siswa secara tepat sesuai denga hal-hal yang diketahuinya dari tiap siswa itu.
Dengan penerapan peranan seperti di atas, maka guru akan mampu menempatkan diri dalam lingkungan siswa secara tepat. Pada gilirannya guru akan mampu pla mengunakan teknik, motivasi secara tepat, baik dalam suasana kelompok maupun dalam suasana individual.
Kreativitas Siswa
Untuk lebih menjelaskan pengertian kreativitas, akan dikemukakan beberapa rumusan yang merumuskan kesimpulan arti mengenai kreativitas menurut S. C. Utami Munandar “Krativitas adalah kemampuan untuk membuat kombinasi baru, berdasarkan data informasi atau unsur-unsur yang ada”.
Kreativitas sebagai daya cipta dan kemampuan untuk menciptakan hal-hal baru, sesungguhnya apa yang diciptakan itu tidak perlu hal-hal yang baru sama sekali, tetapi merupakan gabungan hal-hal yang sudah ada sebelumnya. Semua pengalaman yangtelah diperoleh seseorang selama hidupnya, termasuk segala pengetahuan yang pernah diperoleh dari keluarga, maupun masyarakat. Makin banyak pengalaman dan pengetahuan yang dimiliki seseorang makin
memungkinkan orang itu memanfaatkan dan menggunakan segala pengetahuan dan pengalaman tersebut untuk kepentingan dirinya secara kreatif. Kreativitas tidak muncul begitu saja melainkan membutuhkan persiapan. Seorang anak duduk dibangku sekolah termasuk masa persiapan, ini karena pendidikan mempersiapkan seseorang agar dapat memecahkan masalah-masalah yang dihadapinya.
Kreativitas merupakan kemampuan berdasarkan data atau informasi yang tersedia menemukan banyak kemungkinan jawaban terhadap suatu masalah dimana penekanannya adalah pada kuantitas ketepatgunaan dan keragaman jawaban. Makin banyak kemungkinan jawaban yang dapat diberikan tehadap suatu masalah makin kreativitas seseorang. Tentu saja jawaban-jawaban itu harus sesuai dengan masalahnya jadi tidak semata-mata banyaknya jawaban yang dapat diberikan yang menentukan krativitas seseorang tetapi tergantung mutu dan kualitas jawaban itu sendiri.
Kemampuan memberikan mengelaborasi juga merupakan salah satu cirri krativitas. Jadi secara oprasional krativitas dapat dirumuskan sebagai kemampuan yangmencerminkan kelancaran, keluwesan (fleksibilitas), dan orisinalitas dalam berpikir serta kemampuan untuk mengelaborasi (mengembangkan, memperkaya, memperinci) suatu gagasan”.
Banyak kegiatan yang dapat dirancangkan oleh pendidikan yang semuanya bersifat mengembangkan dan meningkatkan kreativitas anak selalu menuntut anak untuk memiliki bermacam-macam gagasan dalam memecahkan suatu masalah, tidak hanya satu, inilah yang disebut berpikir divergen. Pemikiran bermacam-macam arah berbeda dengan berpikir konvergen di mana anak tertuju untuk memberikan suatu jawaban paling tepat terhadap suatu persoalan.
Kemampuan Berpikir Kratif Dan Ciri-Ciri Afektif Dari Kreativitas.
Ciri-ciri kreativitas yang berhubungan dengan kemampuan berpikir seseorang adalah fleksibilitas, orisionalitas perincian, dengan kemampuan berpikir kreatif dimiliki. Namun memiliki ciri-ciri berpikir tersebut belum menjamin perwujudan krativitas seseorang. Ciri-ciri lain yang berhubungan dengan perkembangan afektif seseorang sama pentingnya agar bakat kratif seseorang dapat terwujud.
Menurut S. C. Utami Munandar “ciri-ciri yang menyangkut sifat dan perasaan seseorang disebut ciri-ciri afektif dari krativitas”.3 Motivasi atau dorongan dari dalam untuk berbuat sesuatu pengabdian, peningkatan diri terhadap sesuatu tugas termasuk ciri-ciri afektif kreativitas.
Ciri-ciri afektif lainnya yang sangat esensial dalam menentukan prestasi kreatif seseorang ialah rasa ingin tahu, tertarik terhadap tugas-tugas banyak yang penuh dengan tantangan, berani mengambil resiko untuk membuat kesalahan atau untuk dikritik oleh orang lain, tidak mudah puas, menghargai keindahan, mempunyai rasa humor, ingin mencari pengalaman baru, dapat menghargai diri sendiri dan orang lain.
Sebagai pendidik guru bertanggung jawab terhadap perkembangan dan kesejahteraan jiwa anak. Anak sejak masuk sekolah gurunya juga menjadi tokoh panutan bagi anak. Sehubungan dengan ini perlu diingatkan bahwa apa yang dikatakan atau dinasehatkan oleh guru tidak akan berarti bagi anak, jika perilaku atau tindakan guru sendiri mencerminkan apa yang dinasehatkan. Dengan demikian guru dituntut untuk dapat menciptakan suasana dalam kelas yang memupuk kesehatan mental anak.

Kesimpulan
Seperti apa yang telah diuraikan pada bab-bab terdahulu dalam penulisan ini maka penulisan ini maka penulis mengambil kesimpulan sebagai berikut :
1. Bahwa tujuan pendidikan hanya dapat dicapai dengan kualitas sumber daya manusia Indonesia yang menguasai ilmu dan teknologi.
2. Guru sebagai motivasi memegang peran penting dalam proses belajar mengajar terutama menumbuhkan motif-motif pada siswa.
3. Motivasi adalah bagian penting dari keberhasilan proses belajar siswa.
4. Dalam memotivasi siswa dibutuhkan keterampilan guru dalam melaksanakan tugas profesionalnya.
5. Guru sebagai motivator memegang peran penting dalam menumbuhkan krekativitas siswa dalam proses belajarnya.
Daftar Pustaka
A. M. Mochtar, Syamsul Hidayat, Tanya Jawab Lengkap Garis-garis Besar Haluan Negara (Surabaya : Apollo, 1993).
Ibrahim Bafala, Supervisi Pengajaran dan Aplikasinya dalam Membina Profesional Guru (Jakarta :Bumi Aksara, 1992).
M, Ngalim Purwanto, Psikologi Pendidikan (Bandung: Remaja Rosdakarya, 1990).
Natawidjaja, Rohman, Psikologi Pendidikan (Jakarta: Depdikbud, Dirjen Dikti, Proyek Pembinaan Tenaga Kependidikan, 1991/1992).
Sardi Martin, Mencari Identitas Pendidikan (Bandung : Remaja Resda Karya,1990).
Tambunan, Emil H, Kunci Menuju Sukses dalam Manajemen dan Kepemimpinan (Banding Indonesia Publishing House, 1999).
Winkel, W. S, Psikologi Pendidikan, Jakarta Grafindo, 1991
Sardi, Martin Mencari Identitas Pendidikan (Kumpulan Karangan) (Bandung Alumni, 1991).
Tag:
Komunitas Belajar
error: Content is protected !!