Makalah Sumber-Sumber Yang Mempengaruhi Teknologi Pembelajaran

Makalah Sumber-Sumber Yang Mempengaruhi Teknologi Pembelajaran

Makalah Sumber-Sumber Yang Mempengaruhi Teknologi Pembelajaran


BAB I PENDAHULUAN
A.  Latar Belakang
Dewasa ini pemerintah menghadapi berbagai kendala dalam rangka peningkatan kualitas pendidikan. Ketidakmerataan mutu guru di sekolah menjadi alasan utama pemerintah untuk selalu memperhatikan peningkatan kualitas sumber tenaga kependidikan. Hal ini ditempuh karena keberhasilan mutu pendidikan sangat tergantung dari keberhasilan proses belajar-mengajar yang merupakan sinergi dari komponen-komponen pendidikan baik kurikulum tenaga kependidikan, sarana prasarana, sistem pengelolaan, maupun berupa faktor lingkungan alamiah dan lingkungan sosial, dengan peserta didik sebagai subjeknya. 

Proses belajar mengajar sebagai sistem dipengaruhi oleh berbagai faktor. Salah satu di antaranya adalah guru yang merupakan pelaksana utama pendidikan di lapangan. Kualitas guru baik kualitas akademik maupun non akademik juga ikut mempengaruhi kualitas pembelajaran.

Faktor lainnya yang tak kalah pentingnya dalam menentukan keberhasilan kegiatan belajar-mengajar, adalah sumber belajar. Dalam rangka mengupayakan peningkatan kualitas program pembelajaran perlu dilandasi dengan pandangan sistematik terhadap kegiatan belajar-mengajar, yang juga harus didukung dengan upaya pendayagunaan sumber belajar di antaranya internet. Ini di satu pihak, sedangkan di pihak lain kenyataan menunjukkan bahwa sumber belajar dan sarana pembelajaran yang telah dibakukan, diadakan dan didistribusikan oleh pemerintah belum didayagunakan secara optimal oleh guru, pelatih dan instruktur.
Untuk mewujudkan kualitas pembelajaran, perlu ditempuh upaya-upaya yang bersifat komprehensif terhadap kemampuan guru dalam memanfaatkan internet sebagai sumber belajar. Namun demikian, berdasarkan isu yang berkembang dalam pendidikan, pembelajaran di sekolah belum berjalan secara efektif, bahkan banyak guru yang mengajar tanpa memanfaatkan sumber belajar. Mereka mengajar secara rutin apa adanya sehingga pembelajaran berkesan teacher centris.
Teknologi pembelajaran telah berkembang dan muncul sebagai bidang studi tersendiri dengan melalui berbagai penelitian dan praktek-praktek pembelajaran. Kegiatan yang dicakup dalam teknologi pembelajaran meliputi desain, pengembangan, pemanfaatan, pengolaan, dan penilaian. Masing-masing kawasan ini telah didefinisikan dan di bahas dalam bab tedahulu.
Rentang kawasan dalam bidang ini merefleksikan sifatnya eklektik. Unsur-unsur penelitian, teori, dan praktek dari bidang studi yang berkaitan telah bertemu dalam teknologi pembelajaran dalam proses adopsi dan adaptasi. Karena dirasakan adanya pengaruh-pengaruh baru. Pengaruh itu pada umumnya mendominasi selama beberapa waktu dan kemudian berbaur dalam paradigma yang ada, bahkan ketika orientasinya menjadi kurang dominan, pengaruh itu tidak hilang sepenuhnya baik dalam pikiran maupun dalam praktek. Tetapi, integrasi konsep-konsep baru terjadi dalam merefleksikan dampaknya pada konteks bidang studi itu secara social dan teknologi secara lebih luas.

B.  Tujuan
Makalah ini bertujuan untuk :  
1.   Memahami pengertian sumber belajar.
2.   Mengetahui perkembangan historis teknologi pembelajaran.
3.   Mengetahui sumber-sumber utama yang mempengaruhi teknologi pembelajaran.
4.   Mengetahui pengaruh penelitian dan teori terhadap teknologi pembelajaran.
5.   Mengetahui cangkupan yang terdapat dalam teknologi pembelajaran.

BAB II PEMBAHASAN
A.  Pengertian Sumber Belajar Menurut Para Ahli
Sumber belajar (learning resources) adalah semua sumber baik berupa data, orang dan wujud tertentu yang dapat digunakan oleh peserta didik dalam belajar, baik secara terpisah maupun secara terkombinasi sehingga mempermudah peserta didik dalam mencapai tujuan belajar atau mencapai kompetensi tertentu.
Sumber belajar meliputi, pesan, orang, bahan, alat, teknik, dan latar (AECT 1994). Menurut Dirjen Dikti (1983: 12), sumber belajar adalah segala sesuatu dan dengan mana seseorang mempelajari sesuatu. Degeng (1990: 83) menyebutkan sumber belajar mencakup semua sumber yang mungkin dapat dipergunakan oleh pemelajar agar terjadi prilaku belajar. Dalam proses belajar komponen sumber belajar itu mungkin dimanfaatkan secara tunggal atau secara kombinasi, baik sumber belajar yang direncanakan maupun sumber belajar yang dimanfaatkan.
Ungkapan ini diperkuat oleh Parcepal dan Ellington (1984), bahwa dari sekian banyaknya sumber belajar hanya buku teks yang banyak dimanfaatkan. Hal senada juga diperkuat oleh suatu hasil penelitian para dosen IKIP Semarang mengenai kebutuhan informasi, yang menyatakan bahwa banyak sumber belajar diperpustakaan yang belum dikenal dan belum diketahui penggunaannya. Keadaan ini diperparah pemanfaatan buku sebagai sumber belajar juga masih bergantung pada kehadiran guru, kalau guru tidak hadir maka sumber belajar lain termasuk bukupun tidak dapat dimanfaatkan oleh peserta didik.

B.  Perkembangan Historis Teknologi Pembelajaran
Indikator pertama bahwa sebuah bidang studi itu ada adalah munculnya pendidikan visual yang berlanjut dengan pendidikan audiovisual sebagai konsep. Buku-buku yang terdahulu ditulis oleh Hoban, Hoban dan Zisman(1937) dan Dale(1946), yang ditunjang dengan pemanfaatan media secara intensif dan besar-besaran di Amerika Serikat untuk pelatihan militer pada masa perang  Dunia II, mengarahkan pada legimitasi bidang studi teknologi pembelajaran. Peristiwa-peristiwa di belahan bumi yang lain juga mengangkat pentingnya media. Misalnya, di Kanada, Badan Film Nasional, salah satu agen produksi film dokumenter, didirikan pada tahun 1939.
Temuan-temuan  penelitian Wood dan Freeman (1929), Knowiton dan Tilton (1929) dan Carpenter dan Greenhil (1956) mengkonfirmasi nilai media dalam proses pembelajaran dan belajar yang membantu menetapkan bidang studi. Pada masa kemudian, Fleming dan Levie(1976; 1993) meringkas penelitian media dan penelitian psikologi terdahulu dan menyajikan sintesisnya sebagai petunjuk untuk rancangan pesan.
Bersamaan dengan pengenalan dan perkembangan media pembelajaran sebagai wilayah kajian, konsep ilmu pengetahuan pembelajaran mengalami evolusi. Para psikolog pembelajaran memberikan landasan teoritis yang memfokuskan pada variable-variabel yang mempengaruhi belajar dan pembelajaran. Menurut para pioner terdahulu dalam bidang itu, hakikat pembelajaran dan hakikat proses belajar itu sendiri lebih penting dari pada hakikat metodologi penyampaiannya.
Sebagian spesialisasi audiovisual terdahulu mengacu pada karya Watson, Thorndike, Ghuthrine, Tolman, Hult. Tetapi belum sampai muncul karya Skinner (1954) mengenai mesin pembelajaran dan belajar pemrogaman, para profesional dalam bidang itu sudah merasa bahwa mereka memiliki landasan psikologis. Karya Skinner dalam psikologi behavioral, yang dipopulerkan oleh Mager (1962), membawa rasional yang lebih disegani dalam bidang itu. Lumsdaine dan Gleser (1960), dan Lumsdaine (1964) memberikan ilustrasi mengenai hubungan psikologi behavioral dengan bidang studi itu, dan Wiman dan Meirhenry (1969) menyunting karya utama yang meringkas hubungan psikologi belajar dengan munculnya bidang teknologi pembelajaran. Bruner (1966), Glaser (1965), dan Gagne (1965; 1989) memperkenalkan konsep-konsep baru yang kemudian mengarah pada partisipasi para psikolog kognitif yang secara luas. Dewasa ini, teknologi pembelajaran tidak saja yakin dengan  pentingnya berbagai aspek pemrosesan informasi secara kognitif, tetapi juga memberikan penekanan baru padaperanan konteks pembelajaran dan persepsi pembelajar secara individual.
Mungkin salah satu perubahan yang paling menonjol dalam teknologi pembelajaran adalah perluasan arena tempat dan wilayah bidang studi. Meskipun bidang studi ini bermula dari pendidikan dasar dan menengah, bidang studi ini kemudian dipengaruhi oleh pelatihan militer, pendidikan orang dewasa, pendidikan pasca sekolah menengah, dan kebanyakan kegiatan-kegiatan dalam wilayah kajian yang melibatkan pelatihan karyawan sektor swasta . Oleh karena itu, dalam perkembangannya sekarang, terdapat peningkatan konsentrasi dan isu-isu yang berhubungan dengan perubahan organisasi, perbaikan performasi, dan cost benefet .
Prinsip-prinsip, produk-produk, dan prosedur-prosedur yang dihasilkan teknologi pembelajaran terus berfungsi vital untuk meningkatkan efektivitas sekolah, khususnya dalam restrukturiasi sekolah. Tetapi, banyak teknologi pembelajaran merasa bahwa mereka tidak terlibat secara khusus dalam lingkungan sekolah, dan konsep-konsep mereka pun tidak di perlukan secara khusus. Tetapi teknologi baru dan metodologi penyampaian baru memberikan cara –cara memenuhi kebutuhan khusus pembelajaran dan sekolah. Sebuah contoh fenomena ini ialah munculnya peran pendidikan jarak jauh dari semua tingkat pendidikan, dari tingkat dasar sampai pada pengembangan staf pengajar dan pelatihan karyawan.
Teknologi pembelajaran, khususnya prosedur rancangan pembelajaran, menjadi semakin lazim di dalam pendidikan dan latihan perawatan kesehatan, dan lingkungan diluar pendidikan formal. Masing-masing konteks pembelajaran ini menghendaki keragaman kebutuhan pebelajar menurut usia dan minat mereka dalam kebutuhan organisasi dengan keragaman tujuannya. Lingkungan yang beragam ini biasa menjadi laboratorium eksperimentasi untuk pemanfaatan teknologi baru. Konteks teknologi pembelajaran yang beragam juga memungkinkan adanya nilai dan sikap personal dan organisasi secara lebih luas. Budaya, karakteristik masyarakat yang berbeda, dapat menciptakan masalah baru maupun kemungkinan yang mengarah pada pertumbuhan dan perkembangan dalam teknologi pembelajaran.

C.  Sumber-Sumber Utama yang Mempengaruhi Teknologi Pembelajaran
Teknologi pembelajaran dapat dipandang sebagai bidang yang berhubungan dengan aplikasi, meskipun prinsip dan prosedurnya berorientasi teori. Kawasan dalam bidang studi ini mengalami evolusi melalui penelitian, pengalaman praktis, pengaruh nilai dan kompetensi, dan khususnya pengalaman teknologi  yang digunakan dalam pembelajaran.Tetapi, dasar pengetahuan profesi itu di pahami dan digunakan dari etos khusus yang mendominasi mereka yang menamakan kelompok teknologi pembelajaran. Setiap ranah teknologi pembelajaran dibentuk oleh:
·        Landasan penelitian dan teorinya
·        Nilai dan prespektif yang di yakininya, dan
·        Kemampuan teknologi itu sendiri

D.  Pengaruh Penelitian dan Teori terhadap Teknologi Pembelajaran.
Tinjauan
Teknologi pembelajaran telah dipengaruhi oleh teori dari beberapa bidang kajian. Akar teori ini dapat di temukan dalam berbagai disiplin ilmu lainnya, termasuk :
·        Psikologi
·        Rekayasa
·        Komunikasi
·        Ilmu Komputer
·        Bisnis
·        Pendidikan secara umum
Model yang paling berpengaruh mendeskripsikan prosedur adalah desain pembelajaran. Ditinjau dari sudut metodologis, penelitian teknologi pembelajaran bersifat eklektik. Driscoll (1985) mengemukakan bahwa pemanfaatan berbagai paradigma penelitian merupakan ciri umum pengetahuan yang sedang berkembang, dan oleh karena itu sangat ideal untuk diterapkan dalam penelitian system pembelajaran. Akibatnya dasar penelitian dalam bidang studi itu tidak saja menggunakan metode penelitian kuantitatif tradisional, tetapi juga variasi paradigma alternative, sepeti etnografi, penelitian perkembangan dan penelitian (developmental and evaluation research), dan penelitian efektifitas biaya (cost-effectivenees studies).


E.  Cangkupan yang terdapat dalam Teknologi Pembelajaran
1.   Desain
Sebuah pijakan desain pembelajaran didukung oleh penelitian. Meskipun perspektif desain alternatif telah muncul, semua dukungan penelitian itu dipandu oleh profil teoritis yang jelas, yakni ada alur pikiran yang memberikan arah pada teknologi pembelajaran. Teori-teori itu akan dibahas berikut ini.

Teori Sistem Umum
Teori sistem umum (general systems teory) telah diaplikasikan dalam bidang studi itu melalui pemanfaatan model-model rancangan sistem pembelajaran (ISD). Ketergantungan pada model-model ini sangat luas sehingga pendekatan itu berfungsi sebagai paradigma yang mengikat kebanyakan perancang pembelajaran.

Penelitian dan Teori Psikologi
Desain pembelajaran berakar pada teori belajar. Secara tradisional, pandangan kaum behavioris/pakar perilaku, secara tradisi sangat dominan dalam aplikasi rancangan pembelajaran. Saat ini, perancang pembelajaran menekankan pada aplikasi psikologi kognitif (Polson, 1993), dan banyak juga yang berdasarkan prinsip-prinsip Construktivisme dalam pengembangan selanjutnya.
Terdapat kecenderungan  dari hasil penelitian perilaku  yang menekankan pada pengaruh stimulus pada kinerja subjek yang diteliti. Sebaliknya pakar kognitif lebih tertarik pada perubahan pengetahuan pemelajar dan struktur pengetahuannya. Mereka lebih menekankan pada bagaimana seseorang mengolah informasi baru dengan mengkaji bagaimana orang tersebut mengingat informasi ini.
Sumber utama lain pengaruh psikologi dalam prosedur desain pembelajaran berhubungan dengan usaha menciptakan dan memelihara pemelajar yang bermotifasi. Pentingnya motivasi pemelajar telah mengubah penekanan teknologi pembelajaran dari alat bantu audiovisual sebagai motivator menjadi perhatian yang diberikan pada rancangan motivasi ke dalam rancangan pembelajaran. Misalnya Keller (1987a; 1987b) memformulasikan prosedur rancangan motivasi spesifik dari dasar penelitian psikologis yang luas. Penelitian ini menyinggung topik-topik seperti peranan harapan dan perilaku, minat, kesungguhan, perlunya motivasi berprestasi, sikap akademik pebelajar (Keller, 1979).

Teori Pembelajaran dan Penelitian Mengajar-Belajar
Perancang menyeleksi peristiwa dan kegiatan pembelajaran tentu berdasarkan berbagai faktor yang mempengaruhi proses mengajar-belajar. Klasifikasi mata pelajaran itu pada umumnya digolongkan menurut berbagai taksonomi , termasuk :
·        Taksonomi kawasan kognitif Bloom (1956)
·        Taksonomi kawasan afektif Krathwol, Bloom dan Masia(1964)
·        Taksonomi kawasan psikomotorik Harrow (1972)
·        Lima kemampuam belajar Gagne (1950, dan
·        Teori tampilan unsur (component display theory), definisi Merill (1983).
Oleh karena itu, pendekatan umum untuk memilih strategi pembelajaran dimulai dengan klasifikasi tugas belajar. Tetapi, fase-fase lain dalam proses rancang itu juga tergantung pada sifat tugas belajar, termasuk teknik untuk memberikan balikan (Smith dan Reagan ,1993).
Pada dasawarsa 1950-an dan 1960-an, kerucut pengalaman Dale (Dale’scone of experience) (Dale, 1946) merupakan model yang mudah dipahami untuk menjelaskan level kekongkretan yang diberikan oleh berbagai kategori media, dan kerucut itu memainkan peranan dalam pemilihan media. Krucut Dale merupakan refleksi filosofi eksperimental John Dewey mengenai pendidikan. Setelah itu, Heinich Molenda, dan Russel (1993) menghubungkan berbagai level kerucut pengalaman itu dengan skema kegiatan pembelajaran Bruner, kegiatan yang dilihat bersifat abstrak, iconis (berdasarkan simbol ikon). Model pemilihan media yang ada dewasa ini (Raiser dan Gagne 1982 : Romiszowski, 1985) cenderung menekan analisis sistematis lingkungan pembelajaran, isi, dan karakteristik pebelajar.
Kendatipun orientasi  penelitian ini (dan juga pentingnya media dalam proses belajar) mendapat kritikan tajam (Clark, 1983), banyak kalangan masih mendukung penelitian di bidang ini. Ross dan Marrison (1989) juga mempropagandakan penelitian media, mereka menekankan nilai penelitian replikasi media untuk membandingkan efektivitas dan efisiensi hasilnya.

Teori Komunikasi dan Penelitian Persepsi- Atensi
Penelitian yang relevan persepsi, dan pemerolehan dan pengontrolan perhatian yang cukup penting. Fleming (1987) mendeskripsikan aspek-aspek penarik atensi (attention-getting) yang dipandang cukup penting bagi perancang. Di samping itu, Fleming (1987) meringkas hal-hal yang relevan dengan rancangan karakteristik persepsi, termasuk organisasi, perbandingan dan perbedaan, warna, kedekatan jarak, nilai, relative, dan display.

2.   Pengembangan
Proses pengembangan pembelajaran tergantung pada prosedur perancangannya, tetapi prinsip-prinsip utama tergantung dari hakikat komunikasi dan proses belajar. Secara spesifik, pengembangan tidak hanya dipengaruhi oleh teori komunikasi (communication theory), tetapi juga teori pemrosesan visual dan auditorial (visual and auditory processing), pemikiran visual, estetika. Selain itu, berbagai wilayah kajian didalam ranah pengembangan juga memiliki alur tersendiri.
Teori yang Mempengaruhi Kawasan Pengembangan Secara Keseluruhan.
Para teknolog pendidikan baru menemukan penjelasan yang meyakinkan mengenai apa yang dilakukan dalam teori Shanon Weaver (1990). Shanon dan Weaver mendeskripsikan pemerolehan informasi dari pengiriman pesan ke penerima dengan menggunakan alat sensori. Model ini mendeskripsikan hubungan, sirkulasi antar pengirim (sender), pesan (message), saluran (channel), dan penerima (receiver), yang pada umumnyan disebut SMCR model. Schram (1954), yang bekerja dalam bidang komunikasi massa, juga mengaplikasikan karya Shanon dan Weaver pada audience dalam jumlah besar, dengan menekan kan aspek-aspek komunikasi  secara behavioral.
Mashall Mcluhan (1964) membantu menjelaskan sebagaian konsep komunikasi, komunikasi massa dan teknologi pembelajaran menggunakan media yang sama, konsep komunikasi massa tetap terdapat dalam batasan bidang studi itu.
Rusell (1993) mendefinisikan keaksaraan visual sebagai “kemampuan terpelajari untuk menginterprestasikan pesan visual secara akurat untuk menciptakan pesan-pesan”. Asumsi dasar keaksaran visual ialah bahasa visual memang ada, bahwa orang berpikir dan belajar secara visual, dan bahwa orang dapat mengutarakan gagasan mereka secara visual (Flory sebagai dikutip dalam Tovar,1988).
Teori berfikir visual merupakan kondisi reaksi batin (internal reaction state) pemikiran visual itu melibatkan lebih banyak manipulasi imagery mental dan sensory dan asosiasi emosi dari pada tahap-tahap yang lain (Seel, 1993d). Arnheim (1972) mendeskripsikan pemikiran visual sebagai pemikiran prasadar, pemikiran metaforis.
Dalam hal ini, prinsip-prinsip estetika juga penting dalm proses pengembangan (Schwier, 1987). Heinich, Molinda, dan Russel (1993) mendefinisikan elemen utama seni yang digunakan dalam rancangan visual (garis, bentuk, tekstur, warna) dan prinsip-prinsip rancangan estetis (penataan, keseimbangan, kesatuan). Tetapi masih banyak lagi elemen rancangan visual dan prinsip-prinsipnya (Curtiss, 1987; Dondis, 1973). Prinsip-prinsip itu digunakan untuk memandu rancangan seperti rancangan grafis dan editing (Petterson, 1993; Wilwows dan Houghton, 1987).

Penelitian dan Teori yang Mempengaruhi Subkategori Kawasan.
Ada empat bidang kegiatan khusus dalam kawasan pengembangan, yaitu teknologi cetak, teknologi audiovisual, teknologi komputer, dan teknologi terpadu. Di masing-masing sub kategori, proses dan prosedur produksi juga telah mengalami perkembangan penelitian pendukung cenderung bersifat pengembangan seperti halnya penelitian yang dilakukan sebagai bagian  dari penilaian sumatif dan formatif.
Beragam teknik telah muncul dan direvisi sebagai konsekuensi hasil-hasil penelitian. Konsep menulis terstruktur dan elemen-elemennya juga diaplikasikan tidak saja dalam rancangan pendidikan dan produk pelatihan, tetapi juga dalam tipe-tipe sarana komunikasi yang lain, seperti memo (Jonassen, 1982).
Teknik programming dan authoring diterapkan dalam banyak lingkungan. Sering kali khasanah pengetahuan ini digunakan secara terpadu dengan teori rancangan yang lebih umum, prinsip rancangan grafis, prinsip belajar interaktif, maupun teknik elektronis. Proses pengembangan multimedia atau media terpadu dan pembelajaran memadukan produksi audio dan video, prinsip authoring berdasarkan komputer, prinsip rancangan grafis, dan prinsip rancangan pembelajaran yang lebih fundamental.
Kendatipun kritik mengenai kurangnya kerangka teori penelitian media di lontarkan (Heidt, 1988), peranan media pembelajaran selalu menonjol dalam bidang itu. Penelitian yang lebih baru juga mengkaji dampak pemanfaatan media pada pemelajar dan pada pendekatan pembelajaran dalam proses informasi.
Penelitian tentang media (seperti film instruksional, televisi, audio tape, dan slide) berfungsi sebagai sumber informasi yang memberikan arah pengembangan teknik dan prosedur media yang efektif.

3.   Pemanfaatan
Secara historis, konsep pemanfaatan berkonotasi pada aspek-aspek pemanfaatan media bagi para praktisi dalam bidang itu, tetapi kawasan ini berkembang dan mencakup difusi dan pemanfaatan pengetahuan dan juga peranan kebijakan umum  sebagai mekanisme institusionalisasi.
Prinsip yang sama juga mengarahkan pada pembuatan asumsi penting oleh teknologi pembelajaran. Diasumsikan bahwa pemanfaatan dipengaruhi oleh :
·        Referensi individual
·        Kondisi sosial
·        Masalah sistem penerima secara keseluruhan
·        Tindakan pihak yang berkomunikasi (Dunn, Holzner, dan Zalman, 1989).
Contoh faktor yang mempengaruhi pemanfaatan proses dan materi pembelajaran mencakup :
a.   Sikap pemelajar terhadap teknologi.
b.   Tingkat independen pemelajar.
c.   Faktor-faktor lain yang menciptakan kendala bagi pemanfaatan media dan materi dalam sistem pembelajaran.
Penelitian pemanfaatan dalam teknologi pembelajaran mengkaji masalah penggunaan media secara optimal, pengaruh media terhadap waktu yang diperlukan untuk belajar (Thomson, Simoson, dan Hargrave, 1992). Yang cukup menarik ialah adanya pemanfaatan prinsip dan teknik rancangan sistem pembelajaran secara meluas dalam lingkungan sekolah (Martin dan Clemente, 1990)

4.   Pengelolaan
Sebagian besar prinsip-prinsip pengelolaan berasal dari administrasi dan hanya sebagian kecil teori dan penelitian pengelolaan dihasilkan oleh komunitas teknologi pembelajaran. Pengaruh yang paling menonjol pada bidang pengelolaan berasal dari para praktisi teknologi pembelajaran, bukan dari ahli teori (Greer, 1992).
Pengelolaan proyek, sebagai suatu konsep, “pertama kali diperkenalkan sebagai cara yang efisien dan efektif dalam menghimpun suatu tim, dimana pengetahuan dan keahlian anggotanya sesuai dengan situasi unik dan tuntutan teknis jangka pendek yang ditentukan oleh pemberi kerja.“ (Rothwel dan Kazanas, 1992: 264).
Konsep sumber kini mengacu pada konsep sumber yang lebih luas untuk belajar dan bukan hanya mengacu pada materi audiovisual. Dengan demikian, sumber diasumsikan mencangkup pula materi cetak, sumber lingkungan, dan nara sumber (Eraut, 1989).
Komponen terakhir ranah pengelolaan ialah pengelolaan informasi. Wilayah kajian ini secara fundamental dipengaruhi oleh teori informasi yang “memberikan jalan untuk memperlakukan bahasa tulis dan bahasa lisan sebagai serangkain informasi tertentu, pengelolaan informasi tanpa mempertimbangkan makna isinya” (Lindermayer, 1988 : 312).

5.   Penilaian
Dalam kerangka penilaian yang dikemukakan Worthen dan Sunders (1973: 1987), penilaian dipandang sebagai bentuk penelitian yang memanfaatkan sarana penelitian untuk memperoleh cara yang nantinya dapat dimanfaatkan oleh para teknolog pembelajaran dalam membuat keputusan yang kompleks. Oleh karena itu penilaian pembelajaran diartikan sebagai suatu bentuk disiplin pengkajian dengan teori orientasi :
·        Sistematis
·        Beracuan criteria, dan
·        Cenderung positivistik
Penilaian sering dihubungkan dengan orientasi keperilakuan dalam desain pembelajaran dan hal-hal yang diturunkan dari teori sistem umum. (general systems teory). Teori sistem umum yang umumnya memberikan rambu-rambu proses desain secara keseluruhan memuat pertimbangan logis dalam tugas penilaian yang dilaksankan oleh para teknolog  pembelajaran penelusuran kebutuhan (Need assessment), penilaian formatif dan penilaian sumatif, dan tes yang mengacu pada kriteria semuanya dipengaruhi oleh pendekatan sistem. Semua hal itu dipengaruhi oleh kebutuhan akan adanya sistem regulasi diri dan keyakinan akan peran positif umpan balik.
Demikian pula pada penelusuran kebutuhan dan berbagai bentuk analisa tahap awal lain yang lazimnya menggunakan pendekatan keperilakuan. Hal ini terlihat jelas dengan diberikannya perhatian terhadap data kinerja dan perincian isi kedalam bagian-bagian yang membentuknya. Teknik-teknik desain seperti penggunaan hirarki belajar dan analisis tugas pekerjaan jelas berorientasi keperilakuan. Penelusuran kebutuhan yang dikembangkan lebih lanjut oleh para teknolog kinerja pada dasarnya dilandaskan pada pandangan keperilakuan.
Tetapi dewasa ini terdapat meningkatnya kecenderungan untuk memasukkan orientasi kognitif dan kadang-kadang konstruktifis pada berbagai tugas analisis dan penelitian dalam proses rancangan sistem pembelajaran. Kedudukan ini mempunyai implikasi akan proses penilaian kebutuhan yang mengasumsikan perlu cakupan yang lebih luas, Tidak hanya berkonsentrasi pada isi melainkan juga memberikan perhatian pada analisis pemelajar, serta analisis organisasi dan lingkungan. (Richey, 1992 : Tessmer dan Jarris, 1992).

BAB III KESIMPULAN
Teknologi dari pandangan ini menjadi kekuatan yang mendorong teori dan praktek yang berorientasi kognitif. Di samping memberikan penjelasan pengaruh berbagai media pembelajaran, teknologi juga mempengaruhi praktek dalam bidang itu dengan memberikan instrument berbasis-komputer  untuk mendukung tugas rancangan itu sendiri. Automatic design workstation dan exepert design system akan meningkatkan produktivitas perancang pembelajaran dengan mengurangi kendala. Adanya prosedur rancangan yang rinci dan sistematis, tanpa mengorbankan kualitas yang dicapai oleh pemanfaatan prosedur rancangan system pembelajaran tradisional pembelajaran lebih efektif.
Perkembangan dalam teknologi mengubah hakikat praktek dalam bidang studi itu. Perkembangan itu juga memberikan implikasi pada penelitian dengan menggunakan teknologi baru yang dapat memberikan kesempatan kepada peneliti untuk mendeskripsikan peranan secara lebih lengkap dan dampak interaksi dalam belajar.
Teknologi pembelajaran tidak selalu merancang intervensi pembelajaran sebagai solusi masalah mereka. Teknologi performansi cenderung memperhatikan insentif, rancangan kerja, seleksi personil, umpan balik, atau alokasi sumber sebagai intervensi seperti ketika digunakan untuk merancang intervensi pembelajaran. Cukup sulit untuk menggunakan prinsip teknologi pembelajaran dapat digunakan dalam berbagai situasi pembelajaran, baik organisasi formal maupun di luar.

DAFTAR PUSTAKA

http/siobahcruel.wordpress.com/2010/06/01, Sumber-sumber yang Mempengaruhi Teknologi Pembelajaran.
B. Seels, Barbara & Rita C. Richey, 1994. Teknologi Pembelajaran, Definisi dan Kawasannya. Jakarta : Seri Pustaka Teknologi Pendidikan No. 12.
Warsita, Bambang. 2008. Teknologi Pembelajaran, Landasan dan Aplikasinya. Jakarta: Rineka Cpta




= Baca Juga =



2 comments:

  1. Terima kasih atas informasi selamat berkarya

    ReplyDelete
  2. Mantap sekali informasinya, terima kasih banyak sudah berbagi info yang sangat berguna.

    ReplyDelete

Theme images by mammamaart. Powered by Blogger.
Back to Top